Di Cina, kedatangan Tahun Baru Lunar disambut meriah menggunakan berbagai atraksi dan tradisi. Hal yg sama pula dapat dirasakan di Surabaya, tepatnya pada komplek kampung pecinan Tambak Bayan.

Terpisah lebih dari 4000 kilometer menurut tanah leluhur tak membuat warga Tionghoa di Kampung Pecinan Tambak Bayan melupakan tradisi mereka. Sebaliknya, beserta menggunakan etnis pendatang lain seperti Jawa dan Madura, warga keturunan Tionghoa ini juga larut dalam perayaan Tahun Baru Cina yang lazim juga dianggap Imlek.
Wajah Imlek Kampung Pecinan
Warga pada kompleks Tambak Bayam tampak antusias menyambut Imlek dengan atraksi tarian ular naga & Barongsai. Rombongan Barongsai tersebut blusukan ke rumah warga buat menghibur sekaligus mengumpulkan angpao menurut tempat tinggal rakyat.
Selain gelaran Barongsai, Tahun Baru Cina pula disambut warga dengan menghiasi kampung mereka menggunakan beragam pernak-pernik Imlek. Tembok pada gang-gang mereka dihiasi dengan beragam mural gambaran kebudayaan Cina, banyak tempat tinggal pula memperlihatkan hidangan khas Imlek.

Suasana spesial imlek semakin terasa dengan banyaknya lampion yang digantung serta ornamen lain bercorak merah-kuning. Selain itu, ada juga masyarakat yang menyediakan uang kertas dan menyan yg dibakar untuk menghormati para leluhur.
Suasana Imlek Mirip Lebaran

Selain menampilkan banyak sekali kesenian tradisional masyarakat Tionghoa, perayaan Imlek pula dimanfaatkan sesama rakyat buat bersilaturahmi dan menyebarkan. Layaknya lebaran umat muslim, momen Imlek pula digunakan para rakyat buat saling berkunjung berdasarkan satu rumah ke tempat tinggal yang lain.
Yang muda mengunjungi yg tua serta terdapat bagi-bagi angpao. Warga yang hidupnya telah mapan umumnya memberikan angpao pada masyarakat lain yang membutuhkan.

Kampung Pecinan Tambak Bayan ini telah eksis sejak jaman penjajahan. Saat ini 90 persen rakyat tempat tersebut masih orisinil berdarah Tionghoa, sementara sisanya asal dari etnis lain seperti Jawa dan Madura.
Post a Comment
Post a Comment